zmedia

Mengenal Sosok Tuanku Lintau atau Tuanku Pasaman

Tuanku Lintau, yang juga dikenal sebagai Tuanku Pasaman, lahir di Tapi Selo, Lintau Buo Utara, Tanah Datar pada tahun 1750. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan Belanda di Sumatera Barat.

Tuanku Lintau
, yang juga dikenal sebagai Tuanku Pasaman, lahir di Tapi Selo, Lintau Buo Utara, Tanah Datar pada tahun 1750. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan Belanda di Sumatera Barat.

Sebagai panglima Kaum Padri yang berkedudukan di Lintau, Tuanku Lintau berperan besar dalam memimpin perlawanan dalam Perang Padri. Perjuangannya berakhir pada tahun 1832 ketika ia meninggal dunia di Pelalawan, Riau. Namanya dikenang sebagai pejuang gigih dalam mempertahankan ajaran Islam dan menentang kekuasaan kolonial.

Masa Kecil Tuanku Lintau

Menurut catatan Belanda, nama aslinya adalah Saidi Muning, putra dari Datuk Sinaro, seorang pedagang gambir. Sejak muda, ia dikirim oleh ayahnya ke Pasaman untuk memperdalam ilmu agama Islam. Di sana, ia tidak hanya belajar, tetapi juga mengajar ilmu kebatinan dan mendirikan surau sendiri. Kepandaiannya membuatnya dikenal luas dengan sebutan Tuanku Pasaman.

Salah satu muridnya yang paling terkenal adalah Syekh Bustami, yang kelak juga menjadi tokoh penting dalam perkembangan ajaran Islam di wilayah tersebut.

Keterlibatan dalam Perang Padri

Tuanku Lintau memiliki hubungan kekerabatan dengan penguasa Kerajaan Pagaruyung, yang memberinya posisi strategis dalam menjembatani komunikasi antara Kaum Padri dan kaum adat. Berbekal kedekatan tersebut, ia dipercaya memimpin pertemuan penting antara Kaum Padri dan Yamtuan Nan Bakumih, seorang Raja Adat yang memiliki pengaruh besar. 

Dalam pertemuan itu, Yamtuan Nan Bakumih menyatakan dukungan terhadap gerakan Padri, yang membuat posisi Tuanku Lintau semakin kuat dalam memperluas pengaruhnya, khususnya di wilayah Tanah Datar, termasuk di kampung halamannya, Lintau.

Setelah memperoleh dukungan tersebut, sejumlah nagari di Tanah Datar pun mulai menyatakan tunduk pada Kaum Padri. Namun, tidak semua daerah menerima gerakan ini dengan tangan terbuka. Perlawanan mulai muncul di Tanjuang Barulak, tempat di mana kerabat pangeran Pagaruyung menolak pengaruh Tuanku Lintau. Mereka bahkan meminta Tuanku Lintau meninggalkan nagari tersebut, karena dianggap mengganggu tatanan adat yang sudah lama berlaku di sana.

Untuk menyelesaikan ketegangan itu, Tuanku Lintau menginisiasi sebuah perundingan pada tahun 1809 dengan melibatkan para pembesar kerajaan dan para penghulu adat di Koto Tangah. Namun, pertemuan itu gagal mencapai kesepakatan. 

Dalam catatan Belanda, disebutkan bahwa setelah perundingan tersebut, Tuanku Lintau memerintahkan pembunuhan terhadap beberapa tokoh penting, yaitu Yang Dipertuan Raja Naro, Yang Dipertuan Raja Talang, serta seorang anak dari Sultan Arifin Muningsyah. Peristiwa ini menandai semakin tajamnya konflik antara Kaum Padri dan kaum adat yang berujung pada pecahnya kekerasan di wilayah Minangkabau.

Posting Komentar untuk "Mengenal Sosok Tuanku Lintau atau Tuanku Pasaman"