Sawahlunto adalah salah satu kota bersejarah di Sumatera Barat yang terkenal sebagai kota tambang batu bara sejak masa kolonial Belanda. Kota ini didirikan pada tahun 1888 oleh pemerintah Hindia Belanda setelah ditemukannya cadangan besar batu bara di daerah Ombilin. Kini, Sawahlunto tidak lagi dikenal sebagai kota tambang, melainkan telah bertransformasi menjadi kota wisata sejarah dan budaya, bahkan masuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2019.
Gambar. Selamat Datang di Sawahlunto
Artikel ini akan membahas perjalanan panjang Sejarah Kota Sawahlunto, mulai dari penemuan tambang, pembangunan kota, masa kolonial, hingga transformasinya menjadi destinasi wisata sejarah yang mendunia.
Awal Mula Penemuan Batu Bara di Sawahlunto
Pada tahun 1868, seorang ahli geologi Belanda bernama Willem Hendrik de Greve menemukan cadangan besar batu bara di daerah Ombilin, Sawahlunto. Penemuan ini menjadi titik balik sejarah kawasan tersebut.
Gambar. Willem Hendrik De Greve
Batu bara Ombilin dianggap sangat penting karena memiliki kualitas tinggi dan letaknya strategis untuk dikembangkan. Pemerintah kolonial Belanda kemudian memutuskan untuk membangun sebuah kota khusus yang berfungsi sebagai pusat pertambangan batu bara.
Didirikannya Kota Sawahlunto Tahun 1888
Pada tahun 1888, Belanda secara resmi mendirikan Kota Sawahlunto sebagai pusat kegiatan pertambangan. Sejak saat itu, kota ini berkembang pesat dengan berbagai infrastruktur pendukung:
- Rel kereta api (1894) yang menghubungkan Sawahlunto ke Pelabuhan Emmahaven (kini Teluk Bayur, Padang) untuk mengangkut batu bara.
- Fasilitas pertambangan, termasuk lubang tambang, gudang batu bara, dan pabrik pengolahan.
- Bangunan kota bergaya kolonial seperti kantor, rumah pejabat, sekolah, hingga penjara khusus bagi pekerja tambang.
- Kota ini dibangun dengan tata ruang yang sangat rapi dan diproyeksikan menjadi kota industri modern pada masanya.
Orang Rantai, Buruh Paksa Tambang Sawahlunto
Salah satu bagian kelam dari Sejarah Kota Sawahlunto adalah penggunaan tenaga kerja paksa. Para pekerja tambang yang dikenal sebagai “Orang Rantai” adalah tahanan politik dan kriminal yang dikirim dari berbagai daerah di Indonesia.
Gambar. Orang Rantai di Tambang Batubara, Sawahlunto
Ciri khas mereka adalah selalu dipasung dengan rantai di kaki sehingga sulit melarikan diri. Mereka bekerja keras menggali batu bara di tambang bawah tanah dengan kondisi yang sangat berbahaya dan minim keselamatan.
Kisah Orang Rantai kini menjadi bagian penting dari identitas sejarah Sawahlunto dan sering diangkat dalam wisata sejarah.
Masa Kejayaan Tambang Batu Bara
Pada awal abad ke-20, produksi batu bara Sawahlunto mencapai puncaknya. Batu bara Ombilin diekspor ke berbagai wilayah di Asia Tenggara dan menjadi salah satu penopang utama perekonomian Hindia Belanda.
Keberadaan tambang ini membuat Sawahlunto menjadi kota multikultural. Selain pekerja pribumi, juga hadir pekerja dari Jawa, Bugis, Batak, India, hingga Tionghoa. Hal ini membuat kota Sawahlunto kaya akan keragaman budaya.
Kemunduran Tambang Batu Bara
Setelah Indonesia merdeka, tambang Ombilin masih tetap beroperasi di bawah pengelolaan pemerintah. Namun, seiring berjalannya waktu, produksi batu bara semakin menurun akibat cadangan yang semakin sedikit dan biaya operasional yang tinggi.
Pada awal 2000-an, aktivitas tambang besar di Sawahlunto mulai dihentikan. Hal ini membuat kota yang dahulu hidup dari tambang harus mencari identitas baru untuk tetap berkembang.
Transformasi Menjadi Kota Wisata Sejarah
Setelah era tambang berakhir, pemerintah kota dan masyarakat Sawahlunto berupaya melakukan transformasi. Aset-aset peninggalan tambang, seperti:
- Lubang Tambang Mbah Suro
- Museum Kereta Api Sawahlunto
- Museum Goedang Ransoem
- Penjara Orang Rantai
Disatukan menjadi destinasi wisata sejarah dan edukasi.
Gambar. Lubang Tambang Mbah Suro
Selain itu, kota ini juga melestarikan budaya lokal seperti musik, kuliner, dan festival tahunan untuk menarik wisatawan.
Sawahlunto sebagai Warisan Dunia UNESCO
Pada tahun 2019, Sawahlunto resmi ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO dengan nama Tambang Batu Bara Ombilin.
Alasan utama penetapan ini adalah karena Sawahlunto dianggap sebagai contoh luar biasa dari kota tambang kolonial yang memiliki sistem transportasi, tata ruang, serta sejarah sosial yang unik.
Pengakuan dari UNESCO menjadikan Sawahlunto semakin dikenal di dunia internasional dan mendorong sektor pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi kota.
Dari penemuan batu bara oleh De Greve, masa kejayaan tambang, kisah tragis Orang Rantai, hingga pengakuan sebagai Warisan Dunia UNESCO, Sawahlunto menyimpan pelajaran berharga tentang perubahan, ketahanan, dan pelestarian budaya.
Bagi Anda yang ingin berwisata sejarah di Sumatera Barat, Sawahlunto adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Kota ini bukan hanya menawarkan keindahan alam dan kekayaan budaya, tetapi juga menghadirkan pengalaman unik menelusuri jejak masa lalu yang penuh makna.
Kata Kunci
Sejarah Kota Sawahlunto, Kota Tambang Batu Bara, dan Warisan Dunia UNESCO.
***
Posting Komentar untuk "Sejarah Kota Sawahlunto: Dari Kota Tambang Batu Bara Hingga Warisan Dunia UNESCO"